Kekuatan Pemuda Kekayaan yang "Nyata" bagi Dunia
Oleh : Moh. Ircham Arifudin
Dalam setiap kehidupan masyarakat, kaum muda (pemuda) menjadi kekuatan yang diharapkan dapat membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Jika kaum mudanya sudah memaksimalkan potensi diri masing-masing, maka bisa dipastikan masa depan masyarakatnya akan berubah menjadi lebih baik.
Tak berlebihan jika Kailash Satyarthi (aktivis HAM dari India) mendapat hadiah Nobel untuk bidang perdamaian tahun 2014, atas perjuangannya melawan penindasan anak-anak dan pemuda di India. Bahkan ia pernah mengatakan: "The power of youth is the common wealth for the entire world. The faces of young people are the faces of our past, our present and our future. No segment in the society can match with the power, idealism, enthusiasm and courage of the young people." Sejalan dengan pemikirannya, Benjamin Disraeli (Perdana Menteri Inggris semasa Ratu Victoria) juga pernah berkata: "Almost everything that is great has been done by youth." Hampir segala sesuatu yang hebat telah dilakukan oleh kaum muda.
Konsepsi tentang pemuda telah banyak dibahas dalam berbagai gambaran dan kemasan. Secara umum sifat daripada pemuda yang sarat akan inovasi, kreasi bahkan solusi telah mampu menjadikan berbagai fenomena sosial yang hebat. Memang pemuda tak lain adalah manusia biasa, namun yang membedakannya adalah semangat berkarya dan berjuangnya. Bahkan Al-Qur'an dengan indahnya telah memberikan kisah teladan para pemuda gua (ashabul kahfi) yang terkenal kokoh iman dan teguh pendirian dalam memegang prinsip kebenaran. Allah SWT memujinya dalam Surat Al-Kahfi Ayat 13 yang artinya : "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhannya, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka" (QS Al-Kahfi [18]: 13).
Sebegitu dahsyatnya peran strategis dan kekuatan pemuda dalam membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, maka diperlukan prioritas peningkatan kualitas pemuda. Pemuda tidak hanya ditempatkan sebagai penerima manfaat dari suatu program kegiatan , tetapi juga harus terlibat sebagai pengendali dalam prosesnya.
Menurut KH. M. Rifai Abdullah, Pengasuh Pesantren Al-Inayah-Jambi (sebagaimana dimuat dalam NU Online, 19 Juni 2019), ada beberapa kunci sukses pemuda dalam menghadapi perubahan dunia yang begitu cepat saat ini, yaitu ilmu pengetahuan, pergaulan atau jaringan, dan pengalaman.
Dengan ilmu pengetahuan maka akan lahir sebuah pola pikir atau mindset yang berbeda dalam memandang sesuatu. Jika ilmunya banyak maka akan membuat pola pikir sekarang pemuda itu maju pula. Ilmu yang mumpuni harus ditopang dengan pergaulan yang luas. Hal ini supaya ilmu tersebut memiliki kemanfaatan yang lebih banyak. Selain itu, pergaulan yang luas juga akan membuka wawasan baru dan cara pandang baru terhadap suatu masalah. Dalam ajaran Islam anjuran untuk bergaul luas ini diistilahkan dengan silaturahim.
Dalam silaturahim seorang hamba akan mendapatkan rezeki yang banyak. Rezeki bisa berupa ilmu, kesehatan dan harta, dan kunci silaturahim bisa sukses yakni tidak mendahulukan pikiran jelek kepada seseorang. Kunci sukses yang ketiga yaitu pengalaman. Generasi muda Islam harus kreatif dan inovatif dalam bidang yang digelutinya. Dari proses tersebut maka akan melahirkan pengalaman baru yang terkadang tidak ditemukan di bangku kuliah atau saat ngaji di pesantren.
Untuk mendapat pikiran kreatif maka seseorang harus membaca yang banyak. Membaca di sini diartikan membaca keadaan sekitar dan baca buku. Namun kebanyakan manusia dewasa ini malas membaca sehingga timbul sikap cuek, terkadang ada yang mau membaca tapi malas memikirkan hasil bacaannya. Padahal yang ideal itu, setelah baca lalu pikirkan dan kemudian diterapkan.
Bahkan Syaikh Musthafa Al-Ghalayaini dalam kitab Idhotun Nasyiin memberikan nasehat agar pemuda agar berani maju/tampil ke depan (al-iqdam), menurutnya bahwa orang-orang baik terdahulu tidaklah dapat mencapai kejayaan yang luar biasa, tidak dapat menaklukan rintangan-rintangan sulit, dan tidak pula dapat mencapai tingkat yang membuat setiap orang mengaguminya, kecuali dengan keberanian dan kobaran cita-cita yang mulia. Sementara orang-orang yang hidup sekarang ini tampak tertinggal, tidak dapat mencapai derajat seperti orang-orang terdahulu dan tidak mampu meraih cita-cita itu disebabkan mereka tidak berani maju dan tidak berani melakukan usaha yang baik dan berguna serta enggan menghadapi tantangan demi tercapai keinginan.
Sesungguhnya semua bangsa telah bangkit dan berhasil mencapai puncak segala cita-cita. Padahal itu sebelumnya merupakan bangsa yang hina dan nista, berserakan bagaikan debu yang berhamburan, bagaikan kain yang tidak berarti. Sementara kita, umat islam, masih dalam keadaan tidur nyenyak dan berada dalam posisi yang terlampau jauh di belakang mereka. Padahal dulunya kita adalah bangsa yang maju dan menjadi pelopor kemajuan.
Oleh sebab itu, hidupkanlah kembali keagungan yang telah hancur dan tegakkan kembali kemuliaan yang telah roboh serta bangkitkan kembali kejayaan yang telah terkubur itu. Jangan engkau jadikan kejayaan yang telah lenyap itu, sebagai sesuatu yang harus ditinggalkan begitu saja. Apabila kalian semua tidak bangkit (untuk bekerja keras memperoleh kejayaan itu kembali), maka sesungguhnya saya telah melihat kain kafan sudah terbentang dan kuburan yang telah tergali. Jika hal itu terjadi, maka disitulah kita menantikan kematian, lalu kita tidak lagi menjumpai penolong dan tidak pula menemukan orang yang ingin menyelamatkan kita.
Maka bangkitlah kalian semua dengan semangat yang dapat mengguncang gunung-gunung yang kukuh, dan menghentikan keberingasan kuda-kuda liar, sebelum datang suatu malapetaka dahsyat menimpa kepada kita, dan sebelum terdengar oleh kita jeritan bangsa yang memekakkan telinga. Sedangkan kita disaat itu pula sedang menanti kematian diri sendiri dan tidak mendapati sesuatu, kecuali berbagai macam bencana dan krisis diberbagai bidang.
Sebenarnya ditanganmu-lah urusan umat ini. Kehidupan mereka terletak pada keberanianmu. Oleh karena itu, majulah dengan penuh semangat dan keberanian, seperti harimau yang garang. Bangkitlah (dengan segala semangat dan kekuatan) bagai unta yang memikul muatan dalam iringan suara genta yang membangkitkan semangat, pasti umat ini akan hidup. Allah adalah sebaik-baik Penolong. Dia-lah yang memberi balasan kepada orang-orang yang berani maju.
Artikel ini dimuat di:
Kader Ansor Penggerak, Upaya Mewujudkan Kemandirian Organisasi
Oleh : Moh. Ircham Arifudin
Gerakan Pemuda (GP) Ansor sebagai badan otonom di Jam'iyyah NU yang bergerak di bidang kepemudaan, tentunya memiliki peran strategis dalam upaya mengawal pemuda yang merupakan elemen penting masa depan bangsa. Seiring dengan perubahan dan tantangan zaman, GP Ansor terus bergerak dengan berbagai perbaikan kualitas & kauntitasnya.
Dalam pergerakannya, setidaknya ada 2 hal penting yang dilakukan oleh GP Ansor, yakni bekhidmah kepada NKRI dan NU secara Jam'iyyah maupun jamaah, implementasi visi GP Ansor. Pimpinan pusat GP Ansor pada masa khidmat sekarang mempunyai 4 visi besar: Pertama, kaderiasi. Kedua, revitalisasi nilai-nilai tradisi. Ketiga, distribusi kader. Dan keempat, kemandirian.
Empat visi tersebut diejawantah dalam program-program kegiatan. Kaderisasi dilakukan dengan dua program, kuantitas kader dan kualitas kader. Program kuantitas kader adalah dengan melaksanakan kaderisasi (rekrutmen kader) secara masif di tingkat ranting dan anak cabang.
Sedangkan untuk program kualitas kader adalah dengan meningkatkan kapasitas & kompetensi kader (capacity building), sehingga diharapkan outpunya bukan hanya militansi kader, tapi juga muncul kader-kader Ansor penggerak.
Kader Ansor penggerak ini berbeda dari kader Ansor yang lainnya, dan harus ada paling tidak (minimal) satu kader penggerak di setiap ranting Ansor. Kader Ansor penggerak adalah kader yang lebih mengutamakan pergerakan organisasi dibanding apapun bahkan karirnya sendiri. Kader Ansor penggerak akan menginisiasi pergerakan organisasi, mengambil tindakan tanpa disuruh, tanpa diperintahkan untuk melakukan yang terbaik bagi kemajuan GP Ansor secara umum.
Program revitaliasi nilai-nilai tradisi dilakukan dengan kegiatan yang mafhum kita sebut "ngaji ke-NU-an", kita galakan kembali pengajian-pengajian di desa-desa (ranting) dengan tujuan mengingatkan kembali kepada warga NU terutama kader-kader akan nilai-nilai ke-NU-an yang mulai pudar.
Nilai-nilai ke-NU-an itu seperti Salapanan NU, yasinan Ansor, dibaan Fatayat, barzanjian Muslimat, dan sebagainya kita inginkan revitalisasi agar bisa bangkitkan lagi tradisi-tradisi tersebut melalui sayap MDS Rijalul Ansor, yang kita khsusukan untuk menggalakkan perjuangan merevitasilasi tradisi nilai-nilai ke-NU-an.
Program Kemandirian terbagi dalam dua segmen, kemandirian organisasi dan kemandirian kader. Untuk kemandirian organisasi banyak sub-sub bidangnya, seperti kemandirian secara ekonomi, kemandirian secara politik, dan kemandirian secara sosial.
Sedangkan untuk kemandirian kader dengan menumbuhkan jiwa enterpreneurship untuk para kader, dengan harapan kedepan tidak ada lagi kader Ansor yang menganggur (tidak bekerja).
Artikel ini dimuat di: