Pagi itu Pak Sodikin bergegas masuk kelas untuk mengisi materi Persilangan atau Hibrida dalam mata pelajaran Biologi seperti yang tertera di silabus. Para murid juga telah mengetahui pagi itu materinya tentang Hibrida.
Seperti biasa sebelum memulai pelajaran, Pak Sodikin mengawali dengan sebuah pertanyaan dasar. “Kalian tahu, apa yang dimaksud hibrida?” tanya Pak Sodikin kepada para muridnya. “Tidak tahu, pak,” serempak para murid menjawab. “Kalau gitu saya tidak jadi mengajar karena kalian tidak belajar,” ucap Pak Sodikin sedikit ngambek.
Para murid diambang kebingungan. Mereka saling tengok ke kanan dan ke kiri. Dari kejadian itu, mereka sepakat untuk menjawab “iya” ketika Pak Sodikin melontarkan pertanyaan yang sama. Karuan saja, Pak Sodikin bertanya tentang persoalan yang sama pada minggu selanjutnya. “Apa kalian sudah tahu yang dimaksud dengan hibrida?” “Iya pak, tahuuu,” para murid serentak menjawab. “Kalau begitu, buat apa saya mengajar, kan kalian sudah tahu,” seloroh Pak Sodikin bikin para murid tambah bingung.
Setelah itu mereka meneken kesepakatan lagi sebagian menjawab “iya” dan sebagian lagi menjawab “tidak”. Betul saja Pak Sodikin masih konsisten dengan pertanyaannya itu. “Kalian sudah tahu apa yang disebut hibrida?” Bagai paduan suara, sebagian murid di sebelah kanan menjawab “iya” dan sebagian lagi yang berada di sebelah kiri menjawab “tidak”.
Lalu Pak Sodikin berkata, “Kalau gitu, yang tahu tolong ajari yang tidak tahu.”
Sumber: NU Online