Kiai Idham mengatakan:
“Tugas saya yang paling berat adalah menghadapi gerombolan yang membawa dalil-dalil agama Islam. Yaitu Darul Islam Kartosuwiryo di Jawa Barat, Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan, Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, dan Tengku Daud Beureueh di Aceh.”
Maka wajar bila dalam konteks sekarang, kita temui perusuh negeri dengan dalih-dalih Islami terus bermunculan. Macam Jama’ah Anshar asy-Syariah (JAS), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Jama’ah Anshar ad-Daulah (JAD), Jamaah Anshar al-Khilafah (JAK) dan jaringan teroris lainnya. Demikian pula dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah dibubarkan pada tahun 2017 lalu.
Namun perlu diingat, bahwa meski telah dibubarkan, jaringan radikal macam HTI tidak akan pernah benar-benar bubar dan mati. Mereka tetap beroperasi secara senyap dan diam-diam maupun terang-terangan, meski tidak begitu vulgar seperti sebelumnya.
Bukankah tokoh dan simpatisannya masih kita jumpai bebas melancarkan propagandanya di berbagai platform media sosial? Demikian pula dalam dunia offline?