Jauh hari sebelum Indonesia merdeka, roh perjuangan telah menggelora di hati Hadhratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari. Sebagai sosok Wadhi’ Labinah Istiqlal Indunisiya, Peletak Dasar Kemerdekaan Indonesia, KH Hasyim Asy’ari dan jaringan internasionalnya meneguhkan tekad. Mereka berikrar untuk membebaskan umat Islam dari kungkungan penjajah di berbagai belahan dunia.
Sebelum pergi belajar ke Makkah, KH. Hasyim Asy'ari telah belajar agama di berbagai pesantren Nusantara, seperti Pesantren Sono dan Pesantren Siwalan Panji, yang terletak di Kota Sidoarjo. Demikian pula ia telah belajar di Pesantren Bangkalan Madura dan Pesantren Langitan Tuban. Oleh karenanya, sebelum keberangkatan pertama ke Makkah pada 1303 H/1892 M dan yang kedua pada 1304 H/1893 M, KH. Hasyim Asy’ari muda telah menjadi sosok santri yang sangat alim berkat belajarnya di berbagai pesantren Nusantara. Karena kematangan ilmunya, sampai di Makkah KH Hasyim Asy’ari relatif mudah berkomunikasi dan membangun jejaring internasional di antara kawan seangkatannya. Di sana Beliau tidak melulu menjalankan aktivitas belajar-mengajar. Beliau bahkan menggalakkan diskusi bersama teman-temannya seusai aktivitas belajar-mengajar tentang nasib dunia Islam yang sedang tertindas oleh bangsa asing pun. Selamat Harlah Mbah Yai....
Sumber: NU Online
Sebelum pergi belajar ke Makkah, KH. Hasyim Asy'ari telah belajar agama di berbagai pesantren Nusantara, seperti Pesantren Sono dan Pesantren Siwalan Panji, yang terletak di Kota Sidoarjo. Demikian pula ia telah belajar di Pesantren Bangkalan Madura dan Pesantren Langitan Tuban. Oleh karenanya, sebelum keberangkatan pertama ke Makkah pada 1303 H/1892 M dan yang kedua pada 1304 H/1893 M, KH. Hasyim Asy’ari muda telah menjadi sosok santri yang sangat alim berkat belajarnya di berbagai pesantren Nusantara. Karena kematangan ilmunya, sampai di Makkah KH Hasyim Asy’ari relatif mudah berkomunikasi dan membangun jejaring internasional di antara kawan seangkatannya. Di sana Beliau tidak melulu menjalankan aktivitas belajar-mengajar. Beliau bahkan menggalakkan diskusi bersama teman-temannya seusai aktivitas belajar-mengajar tentang nasib dunia Islam yang sedang tertindas oleh bangsa asing pun. Selamat Harlah Mbah Yai....
Sumber: NU Online