Oleh : Tim media PC GP Ansor Kab. Brebes
Pada akhir abad ke-12 masehi, terjadi ekspansi besar-besaran tentara dari bangsa eropa dan telah berhasil menguasai Yerusalem, hal tersebut berdampak sebagian besar umat Islam kehilangan semangat perjuangan.
Umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan atapun kesultanan, dan mereka tak punya lagi semangat persaudaraan. Sejarah mengatakan, saat itu Salahuddin Al-Ayyubi (Mesir) muncul dan mempimpin perlawanan. Dia berhasil membangkitkan semangat juang umat Islam dengan cara membangun kecintaan (mahabbah) kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Salahuddin meminta agar setiap tahun umat Islam di seluruh dunia merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW secara masif. Itulah awal mula sejarah tradisi peringatan Maulid Nabi yang kita biasa peringati sampai saat ini.
Saat musim haji akhir abad ke-12 M (pertengahan abad ke-6 H) Salahuddin Al-Ayyubi menginstruksikan agar sekembalinya dari Makkah, para jamaah haji mensosialisasikan hari peringatan Maulid Nabi di daerahnya asalnya masing-masing melalui berbagai kegiatan yang meriah.
Tujuannya jelas membangkitkan solidaritas (persatuan) dan semangat perlawanan umat Islam. Dalam rangka mendukung gerakan tersebut, dipopulerkanlah sebuah kitab berisi syair-syair yang berjudul ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar atau lebih dikenal dengan kitab Maulid Al-Barzanji.Isinya sejarah kemuliaan kehidupan Rasulullah Muhammad SAW.
Kitab tersebut dikarang oleh seorang ulama yang bernama Syeikh Ja`far bin Husain bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji. Saat ini kitab tersebut lebih populer dengan nama kitab Al-Barzanji.
Kitab Al-Barzanji adalah salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Islam. Kandungannya merupakan khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahirannya, pengutusannya menjadi rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya.
Penggunaan bahasa puitis dalam pengisahan sejarah nabi menciptakan suasana mistis dan membangkitkan semangat spiritual pembacanya.
Bagi pembaca yang mengerti bahasa Arab fushah, merasakan betul betapa penulisnya secara dalam terpukau akan keagungan akhlak sosok Nabi Agung Muhammad SAW.
Ringkasnya, karya Al-Barzanji bukanlah sekedar tulisan untuk menjadi bacaan referensi, melainkan kumpulan gubahan kata-kata yang membangkitkan.
Keyataannya, pembacaan kitab Al-Barzanji dalam peringatan-peringatan Maulid Nabi yang digalakkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi saat itu berhasil membangkitkan kesadaran akan persatuan umat Islam melawan tentara Crusader.
Salahuddin berhasil menghimpun kembali kekuatan umat Islam. Yerusalem dapat direbut kembali dari kekuasaan Crusades, Masjidil Aqsa dikembalikan lagi fungsinya sebagai masjid.
Berdasarkan semangat juang tersebut, telah menginspirasi Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Brebes dalam upaya membangkitkan semangat soliditas, solidaritas, integritas kader-kader Ansor melalui kegiatan rutin Majlis Marhaban Al-Barzanji yang diprogramkan oleh Pimpinan Cabang Majlis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Kabupaten Brebes.
Ansor sebagai NU masa depan terinspirasi perjuangan Salahuddin Al-Ayyubi dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, selaras dengan semangat GP Ansor dalam khidmahnya untuk Ulama, Agama dan NKRI.
Kegiatan rutinan Majlis Marhaban Al-Barzanji dilaksanakan setiap rabu malam kamis bertempat di Gedung NU Kabupaten Brebes. Kegiatan perdana telah dilaksanakan rabu malam (12/02), diawali dengan pembacaan Maulid Al-Barzanji dan dilanjutkan dengan pembahasan isi dan kandungan dari kitab tersebut mendapat respon positif dari puluhan kader Ansor-Banser yang hadir (perwakilan dari beberapa PAC GP Ansor wilayah Brebes utara dan tengah).
“Kegiatan ini merupakan bagian dari ikhtiar kami untuk membangkitkan mahabbah kepada Nabi, disamping juga sebagai media silaturahmi dan konsolidasi antara Pengurus Cabang dengan Pengurus-pengurus Anak Cabang GP Ansor dalam menjaga dan merawat soliditas, solidaritas, integritas dan loyalitas kader.” Ungkap Ketua PC GP Ansor Kabupaten Brebes, sahabat Ahmad Munsip, S.Pd.I. (Ircham/Tfk)